Kamis, Juni 25, 2009

Selamat Datang Mahasiswa 2

“apabila Bung Karno tak mau mengucapkan pengumuman (proklamasi) itu malam ini juga, maka besok akan terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah…”
(Wikana pada Ir. Soekarno)

Kalimat yang bernada ancaman itu tercetus pada saat peristiwa Rengasdengklok, dimana Ir. Soekarno dan Hatta diculik oleh Wikana, Chaerul Shaleh, dr. Muwardi, Sukarni dan kawan-kawan. Keduanya ‘dipaksa’ untuk mempercepat proses proklamasi. Entah jika tak ada peristiwa seperti itu, apakah kita bisa menikmati kemerdekaan sekarang ini. Karena kemerdekaan ini bukanlah hadiah dari Jepang apalagi bingkisan dari Belanda.

Begitulah masa emas pemuda, dimana mereka berani, punya konsepsi, aplikatif, dan sedikit nekad untuk cita-cita perjuangan mereka demi kemerdekaan, untuk bangsa dan negara. Sejalan dengan mereka, para pemimpin pergerakan kemerdekaan kala itu, mudah ditemui, dengan enteng diancam, tapi tak menurunkan wibawa, tak alergi kritik dan lantas tak pernah menyiapkan tuntutan hukum atas segala protes dengan kesalahannya. Tak ada nama baik yang dicemari dengan peristiwa tersebut. Tak ada kehormatan yang dilukai saat para pemimpin begitu berkawan dengan kritik kalangan pemuda pergerakan. Jika masa itu tak ada, bisa jadi Indonesia saat ini merupakan cabang dari pemerintahan negara Belanda.

Banyak orang bilang bahwa masa keemasan pergerakan pemuda itu adalah tuntutan jaman, dimana kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme jadi satu membentuk sebuah makna dari kondisi yang sulit dibantah: penindasan. Aku tak tahu, apakah orang-orang yang berpikir seperti ini adalah korban dari media yang bodoh atau pendidikan yang bebal, atau bahkan kombinasi dari keduanya. Karena ingin kukatakan bahwa dulu memang banyak mayat bergelimpangan di jalanan, di hutan, di laut. Dulu memang ada banyak bule yang lantang berteriak: inlander pribumi ekstrimis harus ditumpas. Namun mereka kini bermetamorfosis berkulit sawo matang dan mengeruk sumber daya alam dengan rakus. Duduk di balik meja, kong kalikong dalam ribuan mega proyek yang menyengsarakan rakyat. Tebak siapa yang bertanggung jawab atas gundulnya lahan hutan jutaan hektar. Lantas siapa yang menyebabkan banjir musiman, kebakaran hutan, kecelakaan yang terjadi di jalan, di laut dan udara. Apakah itu bukan penyebab mayat yang bergelimpangan juga? Itu belum dihitung orang miskin yang ditolak rumah sakit-rumah sakit karena tak kuat membayar biaya kesehatan, lalu meninggal dan jadi mayat. Mengerikan. Jika masih berpikir itu adalah takdir Tuhan, pendidikan agama dan sekolah anda telah gagal memberikan penjelasan tentang realita kehidupan.

Selamat datang pemuda...
Kini saatnya kita menjadi pemuda yang sesungguhnya. Karena kita adalah mahasiswa. Kita mengemban julukan yang penuh torehan emas dalam pentas sejarah perjalanan bangsa ini. Di pundak kitalah tumpu dan harap rakyat yang tak mampu menuntut hak asasinya dipikulkan. Bukan pada para pemimpin tua yang gila kekuasaan, yang tak tahu malu meski telah gagal memimpin. Buktinya setelah gagal dalam pemerintahan, mereka mencalonkan diri lagi. Kita yang harus menggantikan mereka. Kita harus mengembalikan kewibawaan bangsa ini. Lihat apa yang dilakukan Wikana dan kawan-kawan di atas.

Selamat datang mahasiswa...
Kampus ini adalah semaian intelektual, yang dengannya kita bertindak progressif, militan dan berani. Tempat kita belajar bukan hanya untuk paham, namun bagaimana dengan ilmu itu kita mampu merubah tatanan sosial yang kini menjadikan kalangan arus bawah semakin tertindas. Kampus bukanlah perpanjangan tangan dari industri dan instansi, yang dengannya kita terjebak di belakang meja dengan bertitel pegawai dan perut yang buncit. Biarkan mereka yang sekedar paham itu menjadi generasi penerus dosennya yang hanya sampai menjelaskan teori sosial dan tak mampu memberikan metode dalam merubah tatanan sosial yang ada. Ini jelas naif dan tak punya nyali.

Selamat datang mahasiswa...
Anda sedang meniti jalan yang kelak akan menentukan arah perjalanan hidup anda. Jika anda selalu dihantui oleh ketakutan _yang sering tak beralasan_ terhadap sebuah perubahan sosial, maka kelak anda akan menjadi korban dari realitas sosial yang enggan untuk anda rubah. Setelah kuliah anda mungkin akan menjadi pegawai yang mapan. Tapi tunggu, jika relitas sosial berkata lain. Misalnya ketika seperangkat aturan hukum memPHK anda, atau kebijakan kenaikan harga dari pemerintah yang diiringi pemotongan gaji anda per bulan. Itu sudah menjadi bukti atas beringasnya perangai realitas sosial yang dulu waktu mahasiswa enggan untuk anda rubah.
Maka hidup sebagai seorang mahasiswa adalah bagaimana menentukan dan bahkan merubah isi dari realitas sosial tersebut. Ini butuh keberanian. Ketika kampus menaikkan biaya kuliah, untuk memprotesnya butuh keberanian. Jika tidak, terima saja dengan ikhlas pada takdir, meski hati sakit dan dompet kempes. Karena memang kenyataannya kampus diyakini pelayanannya baik jika biayanya mahal. Ini jelas mirip kredo rumah bordil. Service baik asal anda bisa bayar mahal.
Kini kita belajar untuk menjadi seorang pemuda. Syukur jika mau meniru Nabi Ibrahim, yang berani menentang Namrudz yang sok kuasa. Karena jujur saja, makin banyak penguasa sekarang yang mirip-mirip Namrudz ataupun Fir’aun. Meski muka tak cakep, tapi penguasa sekarang ini tak tahu malu untuk menempel fotonya di kitab suci. Adapula yang bikin album musik disaat rakyat lagi susah dan terkena bencana yang estafet. Ada lagi yang meminta dihargai pengabdiannya dengan cincin emas. Orang yang sukanya tidur waktu kerja kog minta dihargai. Memalukan dan mengindikasikan kalau mereka jelas tak tahu malu.
Sosok pemuda adalah mereka yang punya harap dan cita yang mulia bagi bangsanya. Maka, sebuah keniscayaan manakala, mereka yang memiliki idealisme itu dipupuk dengan keberanian. Hingga kepada pemimpin yang tak berperikemanusiaan itu, lantang kita katakan: turun !!!

Selamat datang mahasiswa...
Ini bukan jaman SMA, yang pekerjaannya mengejar gebetan dan suka hura-hura. Selain bersyukur pada Allah SWT, saatnya kita berterima kasih pada komponen realitas sosial yang banyak mengajari kita tentang kehidupan. Mulai saat ini, asah kepekaan sosial kita dengan banyak ikut organisasi, untuk saling memahami kawan, menghormati lawan, dan setia kepada prinsip perjuangan. Karena rakyat yang kini digusur, selalu ditolak rumah sakit dan sekolah, yang tiap hari terancam tak makan, akan selalu menanti aksi-aksi kita. Jika anda tak mampu atau terlampau takut, hanya mau kembali pada masa-masa SMA: Selalu Maunya suka-sukA, maka ijinkan komputer ini dilempar ke jidatmu. Terakhir kukutip pesan dari Bung Karno berikut ini,
”Kalau pemuda sama sekali tidak berjuang, tak bercita-cita, tak bergiat untuk tanah air dan bangsa, pemuda yang begini, baiknya digunduli saja kepalanya...”
Terima kasih. Salam perjuangan.

Tidak ada komentar: